Rabu, 16 Maret 2011

Lensa tele 70-300mm dibawah 2 juta
25Agu08

Bagi yang sudah memiliki DSLR pertamanya, bisa jadi lensa yang dimilikinya adalah lensa kit yang jangkauannya bermula dari 18mm dan berakhir di 55mm atau 70mm. Untuk mendapatkan kemampuan tele dari kamera DSLR tentu pilihannya adalah membeli satu lagi lensa berjenis lensa-tele yang harganya relatif mahal. Bagi pemakai Nikon D40 khususnya, masalahnya akan semakin runyam karena lensa-tele yang cocok dengan D40 haruslah lensa yang memiliki motor fokus didalamnya. Solusi paling ekonomis tentu adalah lensa Nikon 55-200mm seharga 1,7 juta (versi non VR). Lensa ini sudah amat baik bahkan ketajaman optiknya tak kalah dengan lensa Nikon lain yang lebih mahal. Namun kebutuhan tele tiap orang tentu berbeda, dimana panjang fokal maksimum lensa ini yang maksimal di 200mm (atau 300mm ekivalen) belumlah dianggap mencukupi untuk beberapa kondisi foto jarak jauh. Untuk itu pilihan lensa-tele 70-300mm dianggap lebih pantas karena pada fokal terpanjangnya, lensa ini akan setara dengan 450mm.

Lensa Nikon 70-300mm sebetulnya tidak mahal, hanya saja lensa ini belum memiliki motor fokus sehingga pemakai D40 hanya bisa manual fokus bila memakai lensa ini. Untuk memiliki Nikon 70-300mm AF-S VR yang bisa auto fokus di D40 rasanya masih terlalu mahal dengan kisaran harga 5 juta rupiah. Untuk itu lensa alternatif seperti Sigma dan Tamron yang juga memiliki lensa 70-300mm menjadi incaran bagi mereka yang dananya terbatas, mengingat harga keduanya yang berada di bawah 2 juta rupiah (atau lebih murah dari lensa Nikon 55-200mm VR). Demi mengambil hati para pemilik D40, baik Tamron dan Sigma kini telah menanamkan motor di dalam lensa 70-300mm mereka sehingga bisa dipakai di D40.

Inilah jajaran lensa 70-300mm alternatif yang layak dipertimbangkan (utamanya untuk pemakai Nikon D40/D60) :

* Tamron 70-300mm f/4-5.6 Di LD Macro (Rp. 1,3 jutaan). Inilah lensa-tele termurah yang bisa dipakai di Nikon D40 karena lensa ini telah dimodifikasi sehingga kini tersedia yang versi punya motor fokus. Lensa yang memiliki diafragma terkecil di f/32 ini punya diameter 62 mm, dan kemampuan reproduksi makronya 1:2. Kode LD menyatakan adanya elemen optik LD (Low Dispersion) yang berfungsi mencegah penyimpangan warna. Bobot lensa ini amat ringan dengan hanya 435 gram, namun model dan desainnya tampak gagah dan tak terkesan murahan.
* Sigma 70-300mm f/4-5.6 DG Macro (Rp. 1,4 jutaan). Sebagai pesaing Tamron, Sigma juga memiliki lensa 70-300 yang juga dilengkapi dengan motor fokus pada lensanya (meski bukan sistem HSM yang cepat dan halus). Kemampuan lensa ini untuk memotret makro pun cukup baik, dengan rasio makro 1:2. Dengan diameter yang hanya 58mm, bukaan terkecil lensa ini berada di f/22. Andalan utama Sigma di lensa ini adalah adanya elemen optik SLD (Special Low Dispersion) untuk mengurangi penyimpangan warna. Lensa yang berbobot 540 gram ini dalam beberapa pengujian diyakini lebih tajam dari Tamron 70-300mm, terutama saat digunakan diatas 200mm.
* Sigma 70-300mm f/4-5.6 APO DG Macro (Rp. 1,8 jutaan). Lensa yang mengusung kode APO punya kualitas optik yang lebih baik, ditandai dengan gelang merah yang melingkari ujung lensanya. Lensa ini juga memiliki diameter 58mm dan 3 elemen optik SLD. Bobotnya 5 gram lebih berat dibanding versi non-APO, dan harganya pun bisa terpaut hingga 400 ribuan. lagi-lagi, motor fokus di lensa ini bukanlah motor HSM namun mengingat harganya yang dibawah 2 juta rupiah rasanya terlalu ‘muluk’ bila ingin dapat lensa 70-300mm dengan motor ultra sonik layaknya motor SWM pada lensa Nikon atau USM pada lensa Canon.

Tamron 70-300mm
Tamron 70-300mm

Sigma 70-300mm
Sigma 70-300mm

Sigma 70-300mm APO
Sigma 70-300mm APO



Bagaimana dengan kualitas optik ketiga lensa ini? Bagaimanapun juga tentu kualitas tertinggi akan didapat bila memakai lensa yang ‘asli’ seperti Nikon 70-300mm. Namun saat harga menjadi masalah, kompromi yang bisa dilakukan adalah dengan mempertimbangkan lensa alternatif yang memberikan rentang fokal yang sama, kualitas optik yang mendekati, dan harga yang jauh lebih murah dari lensa aslinya. Adapun beberapa masalah yang sering dialami saat memakai lensa alternatif adalah :

* blur akibat getaran tangan karena tanpa stabilizer pada ketiga lensa diatas
* motor fokus bukan tipe HSM sehingga kecepatan auto fokus agak lambat dan bersuara kasar
* lemahnya Quality Control membuat banyak lensa ‘bad copy‘ lolos ke pasaran
* turunnya ketajaman saat diafragma dibuka maksimal atau saat tele maksimal
* layaknya lensa ‘lambat’ pada umumnya, 70-300mm f/4-5.6 bukan untuk memotret saat low-light atau sport photography
* lapisan lensa alternatif lebih sensitif terhadap goresan dan jamur

Lantas, apakah ketiganya layak dipilih? Untuk kepuasan optik dengan dana 2 jutaan, pilihlah Nikon AF-S 55-200mm VR atau Canon EF-S 55-250mm IS. Untuk rentang tele yang lebih jauh namun dengan dana terbatas, menurut saya pilihan terbaik adalah Sigma 70-300mm APO DG Macro seharga 1,8 jutaan (baca reviewnya disini dan disini). Ketajaman dan kinerjanya sepadan (bahkan lebih) bila dibandingkan dengan harganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar